Studi Kasus Teori Integrasi Informasi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Berangkat dari peran seorang Public Relations
yang mencakup peran dalam membangun hubungan baik dengan publik, manajemen isu
dan krisis, menciptakan citra yang baik, sampai dengan memproduksi pesan yang
nantinya akan sampai pada publik internal maupun eksternal, tentu seorang
Public Relations sangat erat hubungannya dengan strategi untuk mempersuasi
publik agar mempunyai pemikiran yang searah atau pun positif dengan gagasan
yang berusaha ditanamkan organisasi atau perusahaan dimana ia berada. Maka dari
itu, tulisan ini akan mengkaji salah satu teori yang masih tercakup dalam
strategi narasi memersuasi publik, yaitu teori integrasi informasi atau
“information integration”. Teori
tersebut menjadi penting untuk dipahami lebih dalam, karena memiliki peran yang
penting nantinya bagi praktisi Public
Relations, karena khususnya terkait dengan bagaimana mengelola krisis (crisis management) dan opini publik
(Kriyantono, 2014).
Tak hanya membahas bagaimana suatu informasi
dapat terintegrasi, tulisan ini juga akan membahas bagaimana dampak
pengintegrasian informasi tersebut terhadap perubahan sikap publik. Strategi
ini sangat dibutuhkan oleh seorang Public Relations, sehingga dapat dikatakan
sebagai suatu urgensi terhadap kebutuhan seorang Public Relations.
Dalam
makalah ini, penulis akan berfokus pada bahasan mengenai bagaimana praktisi
Public Relations menangani sebuah isu, dan kali ini studi kasus yang akan
penulis angkat adalah “Krisis Aksi Boikot #UninstallTraveloka” yang marak pada
bulan November tahun 2017 yang lalu. Penulisan ini akan menjelaskan pula
bagaimana peran Public Relations perusahaan jasa pemesanan tiket dan hotel ini
dalam menangani isu tersebut.
1.2.
Tujuan Penulisan
Tulisan ini bertujuan
untuk memfokuskan dan mengkaji salah satu teori dalam strategi narasi memersuasi publik, yaitu pembahasan mengenai teori Integrasi Informasi dan
bagaimana informasi tersebut dapat berdampak pada sikap seseorang yang
menerimanya. Selain itu, teori ini
juga bertujuan untuk mengetahui dan memberikan pemahaman mengenai
teori Integrasi Informasi serta berupaya lebih memperdalam daya nalar
kritis dengan menganalisis suatu fenomena di masyarakat dengan menggunakan
teori tersebut.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1.
Teori Integrasi Informasi – Peran Informasi
Sebagai Alat Pengubah Sikap
Public Relation merupakan fungsi
manajemen yang dilakukan melalui kegiatan-kegiatan komunikasi timbal balik
dengan memberikan informasi dan mempengaruhi opini publik sehingga dapat
terciptanya pengertian dan terbinanya hubungan yang harmonis antara organisasi
dan publiknya. Oleh karena itulah, informasi mempunyai peran yang sangat besar
terhadap keputusan seorang individu dalam bersikap.
Menurut Heath (2005), teori integrasi
informasi atau “information integration”
merupakan sebuah teori yang menjelaskan bahwa individu membentuk sikapnya
dengan cara memadukan atau mengintegrasikan informasi atau hal-hal yang positif
maupun negatif (dikutip dari Kriyantono, 2014). Perpaduan hal atau informasi
positif dan negatif inilah yang akan menjadi landasan seseorang dalam bersikap.
Objek sikap dapat berupa apa saja yang
ditemui manusia, mulai dari benda konkret maupun sesuatu yang bersifat abstrak.
Sikap merupakan perpaduan antara aspek afektif (suka-tidak suka), kognitif
(tingkatan kepastian: tahu-tidak tahu dan benar-tidak benar), dan konatif
(kecenderungan dalam bertindak). (Kriyantono, 2014)
Akumulasi informasi yang diserap
seseorang dapat menimbulkan berbagai macam dampak: (a) informasi dapat mengubah
derajat kepercayaan seseorang terhadap suatu objek; (b) informasi dapat
mengubah kredibilitas kepercayaan seseorang yang sudah dimiliki seseorang , dan
(c) informasi dapat menambah kepercayaan baru yang telah ada dalam struktur
sikap (Kriyantono, 2014). Apabila seseorang mendapatkan suatu pengetahuan
tertentu tentang suatu objek, maka bisa jadi pengetahuan tersebut memberikan
pengaruh atau bahkan mengubah sikapnya terhadap objek tersebut. Sebagai contoh,
seorang calon pelanggan hendak membeli suatu barang di sebuah online store, namun setelah membaca
beberapa review negatif dari
pelanggan lainnya, ia mengurungkan niatnya untuk membeli barang tersebut.
Review negatif yang dibaca oleh calon pelanggan tersebut merupakan contoh dari
suatu informasi yang akhirnya dapat mempengaruhi sikapnya dalam bertindak
(tidak jadi membeli barang).
2.2.
Sikap yang Cenderung Sulit Berubah
Meskipun pada sub-bab sebelumnya
dijelaskan bahwa akumulasi informasi dapat mengubah sikap, Heath (2005) dan
Littlejohn & Foss (2005) mengatakan bahwa sikap seseorang berkecederungan
bersidat konsisten dan sulit berubah (dikutip dari Kriyantono, 2014). Terdapat
beberapa faktor penyebab hal tersebut. Pertama,
sikap suatu objek yaitu kumpulan atau akumulasi pengetahuan atau informasi
tentang objek itu dari proses interaksi dalam kurun waktu tertentu. Kedua, sikap mencerminkan kesukaan dan
keyakinan (kepercayaan) individu yang telah mengalami proses pembentukan
melalui pengetahuan dan pengalaman. Ketiga,
individu memiliki selektivitas dalam memperhatikan objek (selective attention), mempersepsinya (selective perception), dan
mengingatnya (selective retention).
2.3.
Variabel
Pengaruh Sikap
Informasi dianggap sebagai esensi
kegiatan persuasi, karena informasi dapat memengaruhi sikap, kemudian sikap
dimungkinkan dapat saling berinteraksi dan memengaruhi maksud dari perilaku
tertentu. Namun apabila kita menarik pertanyaan dari sub-bab sebelumnya,
bagaimana informasi baru dapat mengubah perilaku maupun sikap dari individu
tertentu?
Dari Kriyantono (2014), dijelaskan bahwa
teori integrasi informasi mempunyai dua variabel pokok, yaitu arahan (valence) dan bobot (weight). Maksudnya, informasi baru dapat memengaruhi atau bahkan
mengubah sikap jika informasi itu dapat mengubah penilaian individu tentang
arahan (valence) dan bobot (weight) dari informasi lain atau
informasi sebelumnya. Variabel valensi berkaitan dengan arah informasi (apakah
informasi itu mengarah positif atau negatif). Semakin tinggi bobot kredibilitas
informasi maka semakin besar pengaruhnya pada sikap individu.
Sebagai contoh, Anda mendapatkan
informasi dari media massa bahwa kepala daerah X dinilai tidak bertanggung
jawab pada rakyat yang ia pimpin. Informasi ini membuat Anda menjadi penentang
kemimpinan kepala daerah X. Segala pemberitaan di media massa yang menyebutkan
bahwa kepala daerah X tidak mengerjakan tugasnya dengan baik mempunyai valensi
positif terhadap sikap Anda. Tetapi , suatu saat media mulai memberitakan
informasi baru bahwa ternyata kepala daerah X memberikan uang sumbangan dengan
jumlah besar kepada rakyatnya selama ini. Hal ini dapat dikatakan sebagai
valensi negatif dan bertentangan dengan sikap Anda, dan apabila informasi
kebaikan kepala daerah X ini ditayangkan dengan secara berkala, bisa jadi hal
ini dapat menyebabkan perubahan bagi sikap Anda. Namun bisa jadi pula Anda
memberi bobot yang rendah pada informasi yang disampaikan oleh media, sehingga
berita tersebut tidak memengaruhi sikap Anda sebelumnya.
2.4.
Deskripsi Kasus
Traveloka merupakan perusahaan yang
menyediakan layanan pemesanan tiket pesawat dan hotel yang mempunyai basis
operasional di Jakarta. Pada awal konsepnya, Traveloka berfungsi sebagai mesin
pencari untuk membandingkan harga tiket pesawat dari berbagai macam situs. Pada
pertengahan tahun 2013, Traveloka kemudian berubah menjadi situs reservasi
tiket pesawat di mana pengguna dapat melakukan pemesanan di situs resminya. Tak
cukup disana, pada bulan Juli 2014 pun akhirnya jasa pemesanan hotel telah
tersedia di situs Traveloka.
Sebagai salah satu pelopor situs pemesanan
tiket transportasi dan hotel di Indonesia, nama Traveloka tampaknya memang
sudah tidak asing bagi warga Indonesia. Hal ini juga terlihat dari jumlah
pengguna aplikasi maupun pengunjung situs website yang telah menggunakan jasa
perusahaan jasa ini untuk memudahkan perjalanan mereka. Namun, meski namanya
yang telah besar di kalangan masyarakat, ancaman krisis tidak luput, bahkan
untuk perusahaan seperti Traveloka. Pada bulan November tahun 2017 lalu,
perusahaan tersebut sempat mengalami krisis berkaitan dengan integritas
perusahaan yang disebabkan oleh salah satu sikap petingginya, yakni Derianto
Kusuma selaku pendiri Traveloka.
Masalah ini
bermula dari terpilihnya Derianto Kusuma sebagai alumnus berprestasi SMA Kolese
Kanisius di Jakarta dan kabar kehadirannya di acara peringatan 90 tahun
berdirinya SMA Kanisius Kolese. Digelar di JIExpo Kemayoran pada tanggal 11
November lalu, acara ini sekaligus menjadi ajang pemberian penghargaan kepada
alumni Kanisius Kolese yang menorehkan prestasi besar di kancah nasional. Dari
95 alumni yang menjadi kandidat, lima orang terpilih menerima penghargaan ajang
bergengsi tersebut. Di antaranya adalah Ananda Sukarlan (pianis dan komposer
musik ternama), Derianto Kusuma (pendiri Traveloka), Romo Magnis Suseno (tokoh
Jesuit), Irwan Ismaun Soenggono (tokoh pembina Pramuka), dan Dr. Boenjamin
Setiawan (pendiri Kalbe Farma).
Pada acara tersebut, Gubernur DKI Jakarta Anies
Baswedan, turut hadir dalam acara tersebut. Anies memberi sambutan, sekaligus
sebagai tamu kehormatan. Namun saat Anies naik ke panggung dan hendak
memberikan pidato pembukaan, Ananda Sukarlan yang duduk di kursi terdepan
(VVIP) tiba-tiba berdiri dan keluar dari ruangan. Tak disangka, sikapnya ini
pun akhirnya diikuti oleh sejumlah alumnus lain yang hadir sebagai tamu
undangan. Setelah berita ini tersebar di telinga masyarakat, Ananda Sukarla pun
akhirnya angkat bicara. Ia mengaku melakukan aksi tersebut karena ia menilai
bahwa Anies menganut nilai-nilai dan integritas yang bertentangan dengan ajaran
Kanisius.
Apabila kita menarik pada permasalahan yang sebelumnya
marak di Indonesia, perjalanan Anies menuju kursi tertinggi di DKI Jakarta
penuh dihiasi dengan konflik yang berbau SARA. Ditambah lagi, Anies dan
Sandiaga Uno harus berhadapan dengan pasangan Basuki Tjahaja Purnama
(Ahok)-Djarot Saiful Hidayat di putaran kedua, saat Ahok sedang diterpa isu
penistaan agama. Hal ini pun menciptakan jurang diantara 2 kubu yang bertolak
belakang dan mempunyai kekuatan opini yang sama kuat pula.
Setelah menerima penghargaan, Ananda menyampaikan keluh
kesahnya itu dalam pidato singkatnya. Termasuk kekecewaannya pada panitia yang
mengundang Anies Baswedan, terlepas dari jabatannya sebagai Gubernur DKI
Jakarta. Namun, pernyataan kekecewaan itu disampaikan ketika Anies
Baswedan sudah tidak ada di tempat. Setelah turun dari panggung, Ananda
mendapat tepukan tangan meriah dari para hadirin, termasuk Kepala SMA Kanisius
Kolese.
Dari sinilah, beredar isu yang mengatakan bahwa Derianto,
merupakan salah satu alumni Kansius yang turut melakukan aksi keluar ruangan
saat Gubernur Anies menyampaikan pidatonya. Tak disangka, informasi atas sikap
yang dilakukan Derianto, memberikan dampak yang cukup besar bagi sebagian
pengguna Traveloka, bahkan sampai memicu ajakan untuk tidak lagi menggunakan
jasa perusahaan tersebut dan membuat #UninstallTraveloka menjadi trending topic di salah satu platform media sosial (Twitter) selama
berhari-hari.
Meskipun Gubernur Anies sempat meredam suasana dengan
menyampaikan tanggapannya mengenai apa yang terjadi di acara ulang tahun SMA
Kolese Kanisius yang berisi anjuran untuk tidak membawa masalah ini menjadi
semakin rumit, masyarakat tetap tidak peduli dan tetap melakukan aksi boikot
tersebut.
Setelah berbagai terpaan isu yang ramai di sosial media
dan berbagai situs lainnya, akhirnya Public Relation Manager Traveloka, Busyra Oryza, mengklarifikasi isu tersebut. Ia
membenarkan bahwa Derianto merupakan salah satu penerima penghargaan dari
Alumni Kanisius. Namun, Derianto yang kini menjabat Chief Technology
Officer (CTO) Traveloka tidak bisa hadir pada acara ulang tahun SMA
Kolese Kanisius tersebut karena sedang berada di luar kota.
"Beliau berhalangan hadir dikarenakan beliau
sedang melakukan perjalanan dinas yang telah direncanakan beberapa bulan
sebelumnya," kata Busyra dalam keterangan resminya, Selasa (14/11/2017).
(Sumber: katadata.co.id). Busyra
Oryza juga turut menegaskan bahwa Traveloka merupakan perusahaan
berbasis teknologi yang didirikan oleh anak-anak Indonesia, mengedepankan nilai
saling menghargai, bertoleransi, dan berinovasi. Nilai- nilai tersebut sangat
diterapkan kepada karyawan maupun pemangku kepentingan eksternal lainnya.
2.1. Analisis Permasalahan
Dalam permasalahan krisis yang dialami oleh perusahaan
jasa Traveloka yang telah dipaparkan di atas, dapat terlihat bahwa informasi
tertentu dapat sangat mempengaruhi perubahan sikap publik. Hanya karena sikap
yang dilakukan oleh satu orang yang dianggap sebagai tokoh yang berpengaruh dalam
perusahaan, citra perusahaan bisa sangat dipertaruhkan. Traveloka merupakan
salah satu situs pelayanan jasa pembelian tiket dan pem-booking-an hotel yang
sudah dipercaya oleh sebagian besar kalangan masyarakat. Namun, karena satu isu
yang bersifat negatif atau berlawanan dengan apa yang dipercayai masayarakat,
integritas perusahaan pun dipertanyakan.
Dalam menangani krisis ini, tentunya peran praktisi public relations perusahaan sangat
dibutuhkan untuk memberikan informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat. Sikap
masyarakat sangat bergantung pada informasi yang ada. Maka dari itu public
relations hendaknya terus mendistribusi informasi positif yang searah dengan
gagasan yang ingin ditanamkan perusahaan kepada publiknya. Praktisi public relations juga dapat bekerja sama
dengan berbagai media atau portal berita untuk menangani krisis tersebut.
Seperti gambar yang penulis cantumkan di atas, dapat
terlihat bahwa fakta-fakta tentang beberapa variabel yang terlibat dalam
penyebab krisis dapat membantu praktisi public
relations berkaitan dengan strategi manajemen krisis. Fakta bahwa ternyata
Ananda merupakan orang yang beragama Islam bisa jadi menciptakan persepsi
positif bagi masyarakat yang awalnya mengira bahwa aksi keluar dari ruangan
dilakukan karena mempunyai konflik perbedaan agama dan menghadirkan perspektif
yang lebih objektif dalam menilai permasalahan tersebut.
Hal yang sangat disayangkan dalam penganan krisis ini
adalah langkah public relations Traveloka yang kurang cepat dalam menangani
gerakan pemboikotan yang terutama dilakukan di Twitter. Masalah ini telah
muncul tepat seusai acara ulang tahun SMA Kolase Kansius dilaksanakan pada
tanggal 11 Novemver 2017. Namun, public
relations Traveloka baru angkat bicara dan tampil di media setelah trending
topic di twitter telah berlanjut selama 3 hari, yakni pada tanggal 14 November
2017. Klarifikasi itu pun dilakukan atas desakan beberapa media dan tidak
sepenuhnya diinisiasi oleh pihak Traveloka. Manajemen bahkan tidak membuat pernyataan atau
konferensi pers khusus menanggapi ajakan boikot, sehingga dalam hal ini, pihak public relations Traveloka pun dinilai kurang
tanggap dalam merespons suara publik mengenai hal tersebut.
Kini krisis yang sempat dialami Traveloka sudah sangat
mereda apabila dibandingkan dengan apa yang terjadi di akhir tahun 2017,
walaupun isu tersebut masih tidak dapat dilupakan oleh beberapa masyarakat.
BAB
III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Situasi krisis merupakan hal yang lumrah, wajar, dan
telah bisas terjadi pada suatu organisasi atau perusahaan. Krisis pada suatu
organisasi atau perusahaan dapat terjadi kapan saja dan dimana saja, karenanya
krisis merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari. Bagi sebuah organisasi
atau perusahaan, krisis merupakan suatu hal yang sangat fatal. Hal tersebut
dikarenakn apabila krisis tersbut tidak dapat diselesaikan dengan baik akan
berdampak negatif bagi citra dan perusahaan organisasi atau perusahaan. Dalam
penangannya, dibutuhkan peran praktisi public
relations yang handal, yang mengerti mengenai cara menangani situasi krisis
yang baik, serta mengerti bagaimana menjalin hubungan dan relasi dengan stakeholder. Karena nantinya, krisis ini
tidak hanya berdampak pada publik internal organisasi atau perusahaan, tetapi
akan berdampak juga pada publik eksternal organisasi atau perusahaan.
Studi kasus yang diangkat dalam tulisan ini terkait
dengan penanganan krisis yang dialami oleh Traveloka pasca adanya pemberitaan
yang mengungkapkan bahwa pemilik perusahaan tersebut megikuti aksi “walk-out” ketika Gubernur DKI Jakarta,
Anies, menyampaikan pidatonya pad acara ulang tahun SMA Kolese Kansius yang
diselenggarakan pada hari 11 November 2017 di Ji-Expo, Jakarta. Banyaknya
pemberitaan negatif mengenai isu sikap pemilik Traveloka terkait hal tersebut
menggiring opini negatif publik Traveloka. Apabila krisis tersebut dibiarkan,
akan semakin mempengaruhi citra dan reputasi Traveloka. Namun, penanganan yang
tepat dan cepat akan mencegah turunnya dan rusaknya citra dan reputasi
organisasi. Penanganan krisis
yang tepat dan sesuai dengan apa yang diharapkan publik akan mengembalikan
citra dan reputasi suatu organsiasi atau perusahaan dengan sendirinya.
3.2. Rekomendasi
Berdasarkan hasil
pemaparan deskripsi kasus dan hasil analisis kasus, penulis dapat
merekomendasikan beberapa hal terkait kasus krisis yang dialami oleh
organisasi, khusunya Traveloka antara lain:
1. Untuk
mencegah terjadinya krisis, hendaknya organisasi telebih dulu menganalisis
kebutuhan yang dibutuhkan dalam mengadakan suatu kegiatan, seperti halnya
masalah surat-menyurat. Selain itu, hendaknya organisasi juga terlebih dahulu
menganalisis secara mendalam terkait dampak positif dan negatif yang
ditimbulkan agar dapar diminimalisirkan sejak awal.
2. Penanganan
terhadap krisis hendaknya dilakukan dengan cepat dan cepat menggunakan strategi
komunikasi dan manajemen krisis yang terintegrasi antara satu dengan yang
lainnya.
Untuk mengembalikan
citra dan reputasi positif dimata publik, hendaknya organisasi juga melakukan media relations yang baik seperti
mengeluarkan pernyataan atau press release
mengenai krisis yang terjadi agar pemberitaan yang ada menjadi positif guna
menggiring opini publik untuk menjadi positif juga terhadap organisasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Kriyantono, R (2014). Teori Public Relations Perspektif Barat dan
Lokal : Aplikasi Penelitian dan Praktik.
Jakarta: Prenadamedia Group.
https://news.idntimes.com/indonesia/dian-septi-arthasalina-1/penyebabnya-geger-boikot-traveloka-c1c2/full
(diakses pada 6 Maret 2018 22.00)
https://katadata.co.id/berita/2017/11/14/terancam-boikot-traveloka-bantah-isu-walk-out-di-kanisius
(diakses
pada 6 Maret 2018 pukul 20.10)
http://www.tribunnews.com/metropolitan/2017/11/15/ramai-ramai-orang-boikot-traveloka-tanggapan-anies-baswedan-malah-sebaliknya
(diakses
pada 6 Maret 2018 pukul 20.45)
Komentar
Posting Komentar